Rabu, 04 April 2012

Berbakti Kepada Orang Tua

Telah berfirman Allah ta’ala :

وَوَصَّيْنَا الإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ المَصِيرُ

Artinya : ” Dan telah kami perintahkan manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tunanya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepadaKulah kembalimu.” (QS. Luqman : 14)

Dan sungguh wahai saudaraku, di dalam amalan berbakti kepada kedua orang tua terdapat keutamaan-keutamaan besar yang sebagian tidak terkandung pada amalan sholih lainnya , diantaranya adalah :
A. Termasuk dari amalan yang paling mulia
Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu , Beliau berkata : ” Aku bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam , “amalan apakah yang paling dicintai Allah ?”, beliau menjawab : : “Sholat tepat pada waktunya” kemudian aku bertanya lagi: ” Kemudian apalagi ? “ beliau menjawab : ” Berbakti kepada kedua orang tua”. Kemudian aku bertanya lagi : ” Kemudian apalagi ?” Beliau menjawab :” Berjihad di jalan Allah” (HR. Bukhori No. 5970 dan Muslim No. 85)
B. Akan dihilangkannya kesulitan dan bala bencana .
Sebagaimana kisah tentang tiga orang yang terperangkap di dalam gua karena pintu gua tertutup oleh batu besar, maka masing-masing dari mereka berdoa kepada Allah dengan amalan yang mereka anggap paling sholih. Dan salah satu dari mereka berdoa dengan amalannya berbakti kepada kedua orang tua. Maka Allah angkat marabahaya dari mereka dengan bergesernya batu di depan pintu gua. ( Hadits Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma Riwayat Bukhori No. 2215 dan Muslim No. 2743)
C. Sebab terkabulnya doa
Dari Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu , Beliau berkata : ” Aku telah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda : ” Akan datang kepada kalian Uways bin amir bersama penduduk Ahlu Yaman, berasal dari Murod dan kemudian dari Qorin. Dahulu dia pernah tertimpa penyakit kulit kemudian sembuh dari penyakit tersebut kecuali tinggal sebesar kepingan dirham. Dia memilki seorang ibu yang dia sangat berbakti kepadanya, seandainya saja dia meminta kepada Allah untuk menyembuhkan (sisa) penyakitnya tersebut  maka akan disembuhkan baginya. Apabila engkau (Wahai Umar) mampu meminta dia untuk memohonkan ampun (kepada Allah) untukmu maka lakukanlah” (HR. Muslim 2543)
D.Sebab Masuk ke dalam surga
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, beliau berkata : ” Telah bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : ” Ketika aku sedang tertidur, maka aku melihat diriku berada di dalam surga kemudian aku mendengar seseorang membaca Al-Qur’an. Maka aku bertanya : “Siapa ini ?” Mereka mengatakan : “ini adalah Haritsah bin Nu’man” Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam berkata kepada Aisyah Radhiyallahu ‘anha : ” Begitulah balasan bagi orang yang berbakti kepada kedua orang tua , Begitulah balasan bagi orang yang berbakti kepada kedua orang tua (beliau mengulanginya dua kali.) dan dialah manusia yang paling berbakti kepada ibunya “ (HR. Ahmad 6/152, Al-Hakim dalam Al-Mustadrok 3/208. Dishohihkan Al-Albani dalam As-Shohihah No. 913)
Dan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : “ Sungguh celaka, Sungguh celaka, Sungguh celaka” maka ada yang bertanya : ” Siapa dia wahai Rasulullah?” beliau menjawab : ” Barangsiapa yang menemui salah seorang atau kedua orang tuanya dalam keadaan tua, dan tidak menyebabkan dia masuk surga” (HR. Muslim No. 9 dan Bukhori dalam Adabul Mufrod No. 16)
E. Sebab keridhoan Allah adalah ridho orang tua
Dari Abdullah bin Amr’ Radhiyallahu ‘anhuma , Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “Keridhoan Allah bersama Ridho orang tua dan kemurkaan Allah bersama murka orang tua(HR. Tirmidzi No.1899 dan Dishohihkan Al-Albani dalam Shohih Sunan Tirmidzi No. 1549)
F. Termasuk amalan Jihad
Dari Abdullah bin Amr’ Radhiyallahu ‘anhuma, Beliau berkata : Seorang lak-laki bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : ” Bolehkah aku turut berjihad ?” maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bertanya : ” Apakah engkau masih memilliki kedua orang tua ?” maka dia menjawab : “Ya” maka Rasulullah mengatakan : ” Maka kepada keduanyalah engkau berjihad “ (HR. Bukhori-Muslim)
Selain perkara-perkara yang sudah disebutkan, ada perkara lain yang terkait dengan berbakti kepada kedua orang tua, yaitu :
Berbakti kepada Ibu lebih didahulukan dibanding berbakti kepada ayah
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , Beliau berkata : ” Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan bertanya : ” Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak untuk aku perlakukan dengan baik ?” Beliau menjawab : ” Ibumu “ kemudian laki-laki itu bertanya lagi : ” Kemudian siapa ? “ beliau menjawab : ” Ibumu “. kemudian laki-laki itu bertanya lagi : ” Kemudian siapa ? “ beliau menjawab : ” Ibumu “. kemudian laki-laki itu bertanya lagi : ” Kemudian siapa ? “ Rasulullah menjawab : ” Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhori 5971 dan Muslim 2547)
Dan Al-Muhaasiy telah berpendapat dalam kitabya Ar-Ri’ayah, Bahwa sesungguhnya tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah dengan tigaperempat kebaikan untuk ibu dan untuk ayah seperempatnya, berdasarkan pendalillan dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.
Bolehnya berbakti kepada orang tua yang kafir apabila memungkinkan.
Dari Asma’ bintu Abi Bakar Radhiyallahu ‘anhuma, Beliau berkata :” Ketika zaman Rasulullah, Ibuku datang menjengukku (Ibu beliau kafir. Pen) maka aku bertanya kepada Rasulullah , Apakah aku boleh menyambung silaturahmi dengannya. Maka Rasulullah menjawab :” ya” (HR. Bukhari-Muslim)
Dan perhatikanlah bagaimana para ulama berbakti kepada kedua orang tuanya.
Dari Muhammad Al-Munkadir, beliau berkata : ” Saudaraku Umar menghabiskan malamnya dengan melakukan sholat dan aku menghabiskan malamku dengan memijat kaki ibuku. Dan tidaklah aku lebih mencintai malam saudaraku dibanding malamku sendiri “ (As-Siyar 5/359)
Berkata Abu Bakar bin Iyas, : ” Dahulu aku pernah duduk bersama Mansyur bin Mu’tamir di rumahnya, maka ibunya memanggilnya dengan keras dan beliau memang memiliki sifat  keras. Ibunya berkata :” Ibnu Hubairoh menginginkan engkau untuk memutuskan suatu perkara, maka mengapa engkau tidak memenuhinya ?” dan Mansyur bin Mu’tamir menunduk menempelkan janggutnya dia atas dadanya, tidak berani mengangkat kepalanya memandang kepada ibunya” (As-Siyar 5/405)
Saudaraku, setelah mengetahui tentang keutamaan-keutamaan berbakti kepada kedua orang tua, maka harus diketahui tentang makna berbakti kepada kedua orang tua dan batasan ketaatan mereka.
Berkata Hasan Al-Bashri : ” Berbakti kepada kedua orang tua adalah mencurahkan seluruh apa-apa yang engkau miliki dan menaati apa-apa yang mereka perintahkan kecuali dalam perkara maksiat” (Ad-Darul Mansyur 5/259)
Berkata Ibnul Jauzi : ” Berbakti kepada keduanya dengan menaati perintah keduanya selama bukan perkara yang terlarang, mendahulukan perintah keduanya diatas amalan-amalan Sunnah, menjauhi apa-apa yang mereka larang, menyantuni mereka, menunaikan keinginan mereka, bersungguh-sungguh dalam melayani mereka, beradab dan menyegani keduanya. Maka janganlah seorang anak mengangkat suaranya diatas suara kedua orang tuanya dan janganlah memanggil mereka dengan namanya. Apabila berjalan, berjalanlah di belakang mereka dan sabar atas apa-apa yang dibenci yang ada pada mereka”. (Al-Biir Was Silah hal. 57)
Adapun ketika orang tua memerintahkan sesuatu atau menginginkan sesuatu yang bertentangan dengan syariat, maka boleh bagi kita untuk tidak menaatinya dalam perkara tersebut dan tetap menaatinya dalam perkara-perkara lainnya.
Berkata Imam Bukhori dalam Shohihnya : “Bab berbakti kepada kedua orang tua di dalam perkara-perkara yang bukan maksiat”
Berkata Imam At-Thobari : ” Jadilah engkau di depan keduanya (orang tua) dengan merendahkan diri dan berikan kasih sayang darimu dengan menaati keduanya dengan apa-apa yang mereka perintahkan di dalam perkara-perkara yang bukan maksiat serta tidak meyelisihi mereka di dalam apa-apa yang mereka cintai” (Tafsir At-Thobari 14/550)
Dan salah satu dalil tentang perkara ini adalah kisah Sa’ad bin Abi Waqash Radhiyallahu ‘anhu , Beliau berkata : ” Sebab diturunkannya surat :
وَوَصَّيْنَا الإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
(Artinya : ” Dan telah kami perintahkan manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan bersamaku sesuatu yang engkau tidak memilki pengetahuan tentangnya, maka janganlah kamu menaati keduanya. Hanya kepadaKulah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa-apa yang telah engkau kerjakan (QS. Al-Ankabut : 8 ) Adalah berkaitan denganku. Dahulu aku sangat berbakti kepada ibuku, ketika aku telah masuk Islam, ibuku berkata kepadaku :” Wahai Sa’ad agama apa ini ? agama yang tidak pernah dikenal sebelumnya. Sungguh engkau harus meninggalkan agama ini atau aku tidak akan makan dan minum hingga aku akan mati. Maka engkau akan dijuluki “Wahai orang yang telah membunuh ibunya”. Maka aku berkata ” Jangan engkau melakukannya wahai ibuku, sesungguhnya aku tidak akan pernah meninggalkan agamaku ini demi apa pun” Maka berlalulah satu hari satu malam dalam keadaan ibuku tidak mau makan dan minum, maka ketika sudah melewati malam, maka sungguh ibuku mulai lemas. Ketika aku melihatnya seperti itu, maka aku berkata : ” Wahai ibuku. Ketahuilah. Demi Allah seandainya engkau memiliki seratus nyawa dan engkau keluarkan satu demi satu, sungguh aku tidak akan meninggalkan agamaku. Maka terserah engkau, apakah engkau mau makan atau tidak.” Maka setelah melihat pendirianku, ibuku mau makan.” (As-Siyar 1/109)


Sungguh Allah telah memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua di beberapa tempat dalam Al Qur’an, diantaranya :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Artinya : ” Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kalian jangan menyembah kecuali hanya kepadaNya, Dan agar berbuat baik kepada kedua orang tua. Apabila salah seorang atau keduanya berada dalam pemeliharaanmu sampai berumur lanjut, janganlah sekali-kali berkata kepada mereka “Uf” dan janganlah membentak mereka serta ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS. Al-Isra’ : 23-24)

Inilah saudaraku,  sekelumit catatan ringkas tentang wajibnya berbakti kepada kedua orang tua, berbakti kepada dua manusia yang paling berjasa dalam hidup kita.
Dunia Bahagia Akhirat Surga.
Salam Ukhwah Junaidi Al Ikhlas-Birul Walidain(Berbakti Kpd kedua Org Tua)

Sabtu, 24 Maret 2012

Kewajiban Menuntut ILmu

 KATA PENGANTAR

Segala puji hanya di hadiahkan untuk Allah SWT . Karena berkat rahnmat dan hidayah Nya ,kami dapat menyelesaikan Makalah hadist Tarbawi ini dengan baik .Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan alam ,yakninya Nabi besar Muhammad SAW,dengan mengucapkan “ Allahumma shali’ala Muhammad Wa’ala alihi Muhammad “, yang mana berakat ketekunan dan keuletan beliau yang telah membawa kita dari alam kebodohan sampai kea lam yang terang benderang seperti yang kita rasakan saat sekarang ini . Penulis merasa perlu mengangkat judul makalah “ Kewajiban menuntut ilmu “ dikarenakan masih banyaknya umat islam yang mengganggap remeh mengenai ilmu . Padahal ilmu itu sangatlah penting bagi kesejahteraan umat manusia .Untuk itu dengan mengahadirkan makalah ini ,semoga orang – orang yang mengaggagap remeh ilmu tersebut paham akan pentingnya sebuah ilmu . Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca ,sangat diharapkan oleh penulis untuk kesempurnaan makalah ini . 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat. Orang yang berpengetahuan luas tapi tidak tersentuh ilmu agama sama sekali, maka dia akan sangat mudah terkena bujuk rayu syaitan untuk merusak bumi, bahkan merusak sesama manusia dengan berbagai tindak kejahatan. Disinilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting dan hendaknya diajarkan sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini lebih dulu diajarkan kepada anak sebelum anak tersebut menerima ilmu dunia.Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia membutuhkan terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT

B .Tujuan

1. Memeberikan penjelasan tentang pentingnya menuntut ilmu
2. Mengetahui hadis –hadis tentang kewajiban menuntut ilmu
3. Mengetahui hokum dari menuntut ilmu

BAB II PEMBAHASAN

1. Hadis-Hadis tentang kewajiban menuntut ilmu

اطْلُبُوْا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ

“Carilah ilmu sejak bayi hingga ke liang kubur.”

“segala sesuatu yang ada jalannya dan jalan menuju surga adalah ilmu”(hr.dailany) “orang yang paling utama diantara manusia adalah orang mukmin yang mempunyai ilmu,dimana kalau dibutuhkan(orang)dia membawa manfaat /memberi petunjuk dan dikala sedang tidak dibutuhkan dia memperkaya /menambah sendiri pengetahuannya”.(HR.baihaqi)

اطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ
"Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri cina".

2. Hukum Menuntut Ilmu

Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad saw :

Artinya : "Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan". (HR. Ibn Abdulbari).

Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dangan 'aqaid dan ibadat, baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.

Nabi Muhammad saw.bersabda

: مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Artinya : "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR.Bukhari dan Muslim)

Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt.

Rasulullah Saw., bersabda: مٍطَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ “

Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam” (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)

Oleh karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa 'arab, ilmu sains seperti perubatan, kejuruteraan, ilmu perundangan dan sebagainya adalah termasuk dalam ilmu yg tidak diwajibkan untuk dituntuti tetapi tidaklah dikatakan tidak perlu kerana ia adalah daripada ilmu fardhu kifayah. Begitu juga dengan ilmu berkaitan tarekat ia adalah sunat dipelajari tetapi perlu difahami bahawa yg paling aula (utama) ialah mempelajari ilmu fardhu 'ain terlebih dahulu. Tidak mempelajari ilmu fardhu 'ain adalah suatu dosa kerana ia adalah perkara yg wajib bagi kita untuk dilaksanakan dan mempelajari ilmu selainnya tiadalah menjadi dosa jika tidak dituntuti, walau bagaimanapun mempelajarinya amat digalakka Ilmu yang diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara'. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib 'ain dan adakalnya wajib kifayah. Sedang ilmu yang wajib kifayah hukum mempelajarinya, ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang wajib 'ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan 'aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin, dan yang perlu di ketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. 

3. Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah

Dilihat dari segi ibadat, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan pahalanya, Nabi Muhammad SAW bersabda ; Artinya : "Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun petang), kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Quran), maka pahalanya lebih baik daripada ibadat satu tahun".

Dalam hadist lain dinyatakan :

Artinya : "Barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali".

Mengapa menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibadat?. Karena amal ibadat yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu, akan sia-sialah amalnya.
Syaikh Ibnu Ruslan dalam hal ini menyatakan :

Artinya : "Siapa saja yang beramal (melaksanakan amal ibadat) tanpa ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima".
PENUTUP

Kesimpulan 

Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt. Rasulullah Saw.,
bersabda: مٍطَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam”
(Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)

Kamis, 13 Oktober 2011

CIRI-CIRI WANITA SOLEHAH


 
 
Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah s.w.t.

Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu:
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
2. Taat kepada suami

Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut:

1. Taat kepada Allah dan RasulNya

Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah s.w.t. ?
- Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya.
- Wajib menutup aurat
- Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah
- Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada bersamanya
- Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa
- Berbuat baik kepada ibu & bapa
- Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
- Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
- Bersikap baik terhadap tetangga

2. Taat kepada suami
- Memelihara kewajipan terhadap suami
- Sentiasa menyenangkan suami
- Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah.
- Tidak cemberut di hadapan suami.
- Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
- Tidak keluar tanpa izin suami.
- Tidak meninggikan suara melebihi suara suami
- Tidak membantah suaminya dalam kebenaran
- Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya.
- Sentiasa memelihara diri, kebersihan fisik & kecantikannya serta rumah tangga


FAKTOR YANG MERENDAHKAN MARTABAT WANITA
---------------------------------------

Sebenarnya puncak rendahnya martabat wanita adalah datang dari faktor dalam. Bukanlah faktor luar atau yang berbentuk material sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh para pejuang hak-hak palsu wanita.

Faktor-faktor tersebut ialah:

1) Lupa mengingat Allah

Kerana terlalu sibuk dengan tugas dan kegiatan luar atau memelihara anak-anak, maka tidak heran jika banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya telah lalai dari mengingat Allah. Dan saat kelalaian ini pada hakikatnya merupakan saat yang paling berbahaya bagi diri mereka, di mana syetan akan mengarahkan hawa nafsu agar memainkan peranannya.

Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-Jathiah, ayat 23: artinya:

" Maka sudahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya. Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya."

Sabda Rasulullah s.a.w.: artinya:
"Tidak sempurna iman seseorang dari kamu, sehingga dia merasa cenderung kepada apa yang telah aku sampaikan." (Riwayat Tarmizi)

Mengingati Allah s.w.t. bukan saja dengan berzikir, tetapi termasuklah menghadiri majlis-majlis ilmu.

2) Mudah tertipu dengan keindahan dunia

Keindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak wanita ke perangkapnya. Bukan itu saja, malahan syetan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik kaum lelaki agar sama-sama bergelimang dengan dosa dan noda.
Tidak sedikit yang sanggup durhaka kepada Allah s.w.t. hanya kerana kenikmatan dunia yang terlalu sedikit.

Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-An'am: artinya:
" Dan tidaklah penghidupan dunia ini melainkan permainan dan kelalaian dan sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, oleh karena itu tidakkah kamu berfikir."

3) Mudah terpedaya dengan syahwat
4) Lemah iman
5) Bersikap suka menunjuk-nunjuk.


Ad-dunya mata' , khoirul mata' al mar'atus sholich
Dunia adalah perhiasan, perhiasan dunia yang baik adalah Wanita sholihah.